Cerita Pagi
Waktu masih menunjukkan pukul lima pagi saat ku buka mataku dan melihat jam
yang ditunjukkan layar ponselku. Dari jauh terdengar sayup suara rintikan
hujan. Ingin rasanya menarik selimutku lagi dan kembali ke alam bawah sadar. Melanjutkan
mimpi yang belum selesai tadi.
Namun tidak lama setelah ku taruh kembali ponsel di samping
badanku yang masih terbaring malas di ranjang, aku pun memaksa badan ini untuk
bangun dan bergerak menuju kamar mandi bersiap berangkat kerja.
Hari yang diawali dengan hujan selalu membuat orang merasa
malas, ditambah hawa yang mendukung untuk melanjutkan istirahat di hari Senin
pagi. Ingin rasanya menelepon ke tempat kerja dan berkata: “Saya ijin hari ini.”
Itu hanya akan terjadi jika saya yang menjadi pemilik
perusahaan tersebut, apa yang saya inginkan dapat saya lakukan. Sayangnya saya
hanya seorang pegawai biasa yang harus mengikuti arahan atasan dan mengerjakan
segala sesuatu yang diperintahkan.
Selesai mandi dan sarapan pagi, aku pun bergegas menuju halte
bus transjakarta. Ku siapkan payung di tangan kananku, yang siap untuk dibuka
jika hujan bertambah deras. Namun saat berjalan kaki sampai ke halte bus
transjakarta, rintikan hujan semakin tidak terasa, yang membuatku menaruh
kembali payung ke dalam tasku.
Tidak lama
menunggu, bus pun datang, aku segera naik. Hari ini penumpang yang naik bus
pagi lebih banyak dari biasanya. Entah mereka bangun kepagian, atau memang
kegiatan mereka di majukan pada hari ini. Aku mengambil tempat di dekat pintu
masuk dan berdiri sambil berpegangan pada pegangan di atas.
Tidak banyak
orang yang turun di dua halte berikutnya, namun, di halte ketiga, yang adalah
halte transit, hampir setengah dari orang yang berada di dalam bus turun
berdesak-desakan, bahkan ada yang berusaha mengambil tempat di depanku. Hal
ini membuatku ingin berkata: “Memangnya hanya kamu yang ingin turun disini? Saya
juga mau turun disini kali!” Tapi tentu saja itu hanya aku teriakan di dalam
hati saja.
Beruntung sekali pada hari ini, tidak perlu aku menunggu
lama, bus APTB yang biasa aku naiki datang dengan cepat, para penumpang yang
menunggu bus APTB ini pun segera naik, lagi, dengan berdesak-desakan dan tanpa
mau mengalah.
Tak lama setelah bus APTB menjauh dari halte transit
tersebut, hujan yang mengguyur kota Jakarta di pagi hari kian
bertambah deras. Dalam hati
aku berdoa, semoga sesampainya di tempat kerja, hujan akan reda. Perjalanan
dengan APTB membutuhkan waktu tiga puluh menit, waktu yang cukup untuk tidur
kembali jika kamu mendapatkan tempat duduk yang nyaman. Aku lihat beberapa
penumpang sudah ada yang terlelap, ada juga yang sibuk dengan ponselnya
sendiri. Aku alihkan pandanganku ke luar jendela, ku lihat guyuran hujan di
jendela bus, menyeramkan sekaligus menenangkan. Aku suka hujan, namun tidak
saat aku berada di bawahnya.
Akhirnya
akupun tiba di tempat kerjaku, sesuai harapan, hujan telah mereda saat aku
bersiap untuk turun dari bus.
Hari yang
baru untuk memulai aktivitas di tempat kerja. Mungkin hal yang aku kerjakan
sekarang bukanlah hal yang baru, namun aku berusaha untuk selalu mensyukuri
segala sesuatunya sampai sekarang.
Comments
Post a Comment